Jamur merupakan makhluk hidup yang mudah dijumpai di alam bebas baik sebagai saprofit maupun parasit. Jamur merupakan organisme tidak berklorofil sehingga jamur tidak melakukan fotosintesis yaitu dengan mengambil zat-zat sederhana dari tempatnya tumbuh dan langsung digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian organisme ini tidak perlu repot memenuhi kebutuhan hidupnya namun sangat bergantung pada ketersediaan nutrisi.
Menurut Alexopoulus et al. (1996) jamur tiram digolongkan ke dalam:
Kelas |
Basidiomycetes |
Sub kelas |
Homobasidiomycetes |
Ordo |
Agaricales |
Famili |
Thricholomataceae |
Genus |
Pleurotus |
Spesies |
Pleurotus ostreatus |
|
Pleurotus fabellatus |
|
Pleurotus cystidiosus |
|
Pleurotus sajorcaju |
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan petani di Indonesia karena sifatnya yang adaptif terhadap perubahan lingkungan dan memiliki produktifitas tinggi. Perbedaan karakteristik dengan jamur tiram yang lain membuat petani jarang membudidayakan jamur tiram coklat atau abu-abu. Warna yang tidak umum bagi jamur konsumsi menimbulkan ketakutan adanya racun akibat dari ketidaktahuan masyarakat.
Jamur tiram putih membentuk rumpun dan memiliki banyak cabang. Tangkai dan cabangnya lebih tipis dibandingkan jamur tiram coklat. Jamur jenis ini termasuk yang tahan lama ketika penyimpanan karena memiliki kadar air yang rendah (Cahyana et al. 2001).
Jamur tiram merupakan jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu lapuk. Penyebutan jamur tiram berasal dari bentuk tubuh buahnya terutama tudungnya yang menyerupai cangkang tiram. Jamur ini memiliki diameter tudung 3-10 cm dengan pinggir tudung sedikit berlekuk. Batang Pleurotus ostreatus ini tidak berada di tengah tudung tetapi agak ke pinggir.
Selain bentuk tubuh buahnya yang khas, jamur tiram memiliki warna putih bersih. Jamur ini dapat tumbih dengan baik pada media kayu albasia (Albazia procera) dengan kelembapan tinggi. Jamur tiram tumbuh dengan membentuk rumpun dan setiap rumpun memiliki percabangan yang cukup banyak.
Protein yang terkandung dalam jamur tiram merupakan protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat terhindar dari penyakit darah tinggi dan jantun. Kadar proteinnya pun sangat tinggi dan memiliki asam amino yang lengkap. Selain itu jamur tiram mengandung vitamin B1, B2 dan mineral seperti Ca, P, Fe, Na, dan K. Selain rasanya yang enak, jamur tiram mengandung sedikit tepung (pati) sehingga aman dikonsumsi penderita diabetes dan obesitas. Kandungan asam folatnya pun tinggi sehingga dapat mencegah dan menyembuhkan anemia atau kekurangan darah.
Dalam bidang pengendalian penyakit tanaman, jamur tiram berpotensi dapat mengendalikan nematode. Bahkan dalam kondisi minim nutrisi jamur ini tertarik pada koloni bakteri Pseudomonas sp. dan Agrobaterium sp Alexopoulus et al. 1996).
Jamur tiram memiliki berbagai nama. Eropa dan Amerika mengenalnya dengan sebutan abalone mushroom atau oyster mushroom. Jepang menyebutnya shimeji sedangkan Indonesia mengenalnya sesuai bentuk tudung yaitu jamur tiram. Selain dapat diolah segar sebagai bahan makanan, jamur tiram dapat diolah menjadi keripik (tiram chip) dan kerupuk.
Pustaka:
Cahyana YA, Muchrodji, Bakrun M. 2001. Namur Tiram: Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis Usaha. Cetakan VI. Jakarta: Penebar Swadaya.
Alexopoulus CJ, Mims CW, Blackwell M. 1996. Introductory Mycology. 4th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Filed under: Karakteristik | Tagged: Botani, Karakteristik, Klasifikasi | Leave a comment »